Heboh Penampilan Teater Saat Sidang Paripurna Dibubarkan, Ini Respon DPRD Riau

PEKANBARU - Sejumlah pihak kritik peristiwa pemberhentian penampilan Teater Salembayung Sidang Paripurna Istimewa DPRD Riau bersempena HUT Riau Ke-66, Rabu (9/8/2023) kemarin. Anggota Komisi V DPRD Riau, Ade Hartati Rahmat turut menyayangkan itu.

Ia mengaku awalnya sangat mengapresiasi penampilan yang dibawakan anak-anak itu. Namun ketika pembina teater itu, Fedli Aziz, menghubunginya dan mengungkapkan bahwa mereka telah diusir, Ade terkejut.

"Alangkah terkejutnya saya ketika pembinanya WhatsApp saya, bilang bahwa penampilan teater mereka dihentikan sebelum selesai dengan alasan acara akan dimulai," katanya, Kamis (10/8/2023).

Jika hal tersebut benar, lanjut Ade, ia turut menyampaikan kekecewaan yang teramat dalam atas pengalaman tidak menyenangkan yang diterima oleh anak-anak Teater Salembayung.

"Ini tentu menjadi catatan buat kami, di mana yang seharusnya setiap agenda kedewanan itu tentu sudah disepakati dan dibincangkan sejak awal agar terlaksana dengan baik," paparnya.

Dalam rapat Badan Musyawarah (Banmus) terakhir, Ade menyebut bahwa para anggota DPRD Riau sudah mengingatkan pihak Sekretariat DPRD Riau agar menata pelaksanaan segala bentuk acara dengan baik.

"Kami akan evaluasi kejadian tersebut yang memperlihatkan seakan DPRD Riau tidak memiliki keberpihakan pada seniman dalam konteks budaya. Secara pribadi kejadian ini di luar sepengetahuan kami (para anggota dewan)," pungkasnya.

Sebelumnya, pertunjukan Teater Salembayung yang diperankan oleh sekelompok anak-anak dihentikan di tengah-tengah penampilan oleh petugas pelaksana acara Sidang Paripurna Istimewa DPRD Riau.

Sutradara sekaligus Pimpinan Teater Selembayung, Fedli Aziz, mengatakan bahwa mereka diminta ke luar karena rombongan Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar dan pimpinan DPRD Riau akan memasuki ruangan.

Ia mengaku kecewa dengan para hadirin acara yang sama sekali tak ada respon dan respect dengan penampilan yang dibawakan anak-anak SD.

Menurut dugaan Fedli, panitia tak memasukkan agenda pertunjukan teater, padahal sebulan sebelumnya sudah kontrak. Sudah melakukan gladi resik, dan rapat berkali-kali.

"Untuk apa mereka bicara Riau dan Melayu yang santun dan beradab kalau mereka satupun tak ada yang beradab. Tak ada rasa malu dan empati terhadap kesenian dan kebudayaan," ketusnya.

Meski diakuinya pihak Sekretariat DPRD Riau meminta maaf secara personal, tapi pertunjukan itu dihentikan memang karena kondisi panggung harus steril saat gubernur masuk.

"Padahal kenapa kalau gubernur menonton itu? Memang gubernur anti Melayu? segala perkakas kebudayaan Melayu tergambar di kesenian Melayu. Mereka bukannya mau mengapresiasi, malah tak peduli dengan anak kecil. Kami diundang oleh DPRD Riau dan diminta untuk tampil," terangnya.(hrc)

TERKAIT